Tips Mengubah Prahara Menjadi Pahala - pengetahuanku, ada disini!!!

Selasa, 15 April 2014

Tips Mengubah Prahara Menjadi Pahala

  Mengubah Prahara Menjadi Pahala

Mengubah%2BPrahara%2BMenjadi%2BPahala
Tak seorangpun makhluk ciptaan Allah terlepas dari ujian, cobaan, musibah oleh Allah Rabbul izzati. Bahwasanya ujian itu pasti berupa keburukan dan juga kebaikan. Kala keburukan yang datang dahulu, maka kita harus sabar dan berhudznuzonbillah. Kala kebaikan yang datang maka kita harus bersyukur agar nikmat tersebut bertambah. Sebagaimana firman Allah,

Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan (Al Anbiya :35)

Inilah yang terjadi pada diriku. Panggil saja aku Fatimatul Latiefah, usiaku 22 tahun, berasal dari Solo Jawa Tengah, yang hijrah ke tempat ini. Sebuah istana tepatnya bernama ‘istana uzlah’ Tangerang. Orang-orang menyebutnya ‘penjara’. Dan karena suatu kasus akhirnya menyebabkan diriku ‘terdampar’ di sini dengan takdir Allah.

Sebelum aku masuk ke tempat ini, aku anak perempuan satu-satunya dari keluargaku. Aku termasuk anak yang manja. Saat ini aku sudah berada di ‘istana uzlah’ sebuah bangunan dengan pagar pembatas yang terasing dari dunia luar dengan berbagai peraturan. Di sinilah sekarang aku berada dan belajar bersabar dan hidup mandiri. Rasulullah bersabda,

Siapa yang dikehendaki Allah kebaikan padanya, maka Allah akan mengujinya (HR Bukhori)

Tak mau aku menjadi pribadi yang buruk. Akan kubuktikan bahwa aku kuat, pantang menyerah, begitulah Allah mengajarkan kepada hamba-hambaNya.

‘Janganlah kamu bersikap lemah dan jangan pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman (QS. Ali Imron 139)

Tak kupungkiri, kerapkali aku merasa sedih karena kesepian karena hampir tak pernah dikunjungi oleh sanak keluargaku. Bisa dibayangkan Tangerang - Solo jauh sekali. Belum lagi biaya transport dll. Terakhir kali aku bertemu ibu, lebaran 2010. Nyaris dua tahun aku tidak bertemu ibuku.

Ketika aku merasa begitu kesepian, aku mengadu pada Allah. Menangis, merintih. Aku berdo’a… terus berdo’a. Ketika ada yang membesukku, siapapun ia, memberi perhatian padaku, hilang kesedihanku seketika. Aku pun merasa semangat kembali. Kepada Allah kuucapkan puji syukur Alhamduillah…

“Bukankah Dia (Allah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya dan menghilangkan segala kesusahan (An Naml 62)

Ya….hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dengan harap dan cemas.

Bagi kami, tempat ini bagai tanah keramat. Tidak ada hijab bagi kita dan Allah dalam do’a. Pertolongan Allah amat dekat, teramat dekat.

Di sini, ketika kita berbuat jahat, menipu, mengadu domba teman, sudah pasti akan kena batunya sendiri. Bentuknya bermacam-macam, bisa nantinya mendapatkan jatuh vonis yang berat, proses sidang yang lama, remisi (potongan hukuman) sedikit, bisa juga selama hidup di sini tidak mendapat ketenangan. Semua yang diperoleh tergantung dari perbuatan kita sendiri. Ini banyak terjadi dalam setiap lapas/rutan manapun.

Aku sendiri, sedang terus memperbaiki diriku. Berusaha berbuat baik sebagai bukti penyesalanku atas kesalahan yang pernah aku perbuat dahulu. Aku takut pada Allah... takut pada adzab-Nya. Tidak bisa kubayangkan bahwa neraka yang terdangkal adalah api neraka yang mendidihkan otak dari bawah sampai atas…

Aku pun mencoba menikmati ujian ini sebagai bentuk kasih sayang Allah kepadaku. Aku berusaha mengubah ujian ini, dari kesedihan menjadi kenikmatan yang jarang didapat oleh orang lain. Aku ingin mendapatkan pahala dariNya, aku ingin Allah meninggikan derajatku dan memperoleh rahmatNya…, yakni surga yang kekal. Tidak ada kesedihan, air mata, resah dan gelisah, sakit dll. Yang ada hanya kebahagiaan bertemu dengan Rabb ku…

“Mereka itu akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka dan di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam. Mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman” (Al Furqon 75-77)

Semua peristiwa yang aku alami ini adalah kehendak-Nya. Aku berada di sini karena perbuatanku sendiri. Meskipun aku menangis darah, yang lalu takkan bisa diulang kembali. Yang bisa kulakukan di sekarang adalah memohon ampun pada Allah atas semua perbuatanku yang melampaui batas dan bertaqarrub padaNya.

Ini adalah hukuman Allah atas pembangkangan yang kulakukan padaNya… juga sebagai penghapus dosa-dosaku sehingga demikian di akhirat nanti ada dosa yang tidak diperhitungkan lagi karena hukuman sudah ditunaikan Allah di dunia.. dan sebagai ujian untuk kenaikan derajat di mata Allah

Rosulullah bersabda,

“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hambaNya, maka didahulukan baginya hukuman di dunia (berupa musibah dan kesusahan agar terhapus dosa-dosanya) dan apabila Dia menghendaki keburukan bagi hambaNya, maka Dia akan menahan darinya/membiarkannya dengan dosa-dosanya sehingga (dosa-dosa tersebut) dibalas pada hari kiamat (HR.Tirmidzi)

Dalam istana uzlah ini aku dan berusaha memafaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Allah memberikan kami waktu 24 jam, SAMA antara yang di luar dan di dalam penjara. Selama di sini aku menghafalkan ayat-ayat Al Qur’an, belajar menyulam dan menulis. Kelak, bila aku bebas, dengan izin Allah aku bisa menjadi lebih baik lagi, menata hidup kembali dan senantiasa lebih berhati-hati dalam bertindak.

Aku anggap saja sedang berada di pesantren. Aku hanya terhalang pintu portir yang besar yang membatasi dunia. Di sini toh masih bisa berkarya dan memperbaiki diri. Allah Maha adil,… Allah tidak akan menyia-nyiakan segala sesuatu yang terjadi.

Bagaimanapun , aku bersyukur tatkala masih banyak saudara-saudara yang hidup di bantaran sungai, di bawah kolong jembatan, di bak sampah, mereka bahkan seharian mengais rizki dan tak jarang makan sehari satu kali. Sedangkan aku dan teman-temanku di sini? Kami makan sehari tiga kali dengan lauk yang sehat tanpa harus bersusah-payah. Apakah dengan begitu masih juga tidak ada rasa syukur di hatiku…?

Ya Allah,, mengapa terkadang aku lalai akan nikmatMu…

Ampunilah aku… tak kurangkah udara yang gratis ini.. tak kurangkah pakaian, minuman, makanan, yang telah engkau limpahkan ini…

Pantaskah aku mengeluh…pantaskah aku bersedih… astagfirullah…astaghfirullah…astaghfirullah…

Terkadang aku malu sendiri bila berdoa pada Allah meminta diberikan kesabaran, kebahagiaan, meminta Allah menjauhkan aku dari kesedihan dan penderitaan . Karena sesungguhnya, kesabaran diperoleh dari ketabahan dalam menghadapi cobaan. Allah tidak memberikan kesabaran sampai aku meraihnya sendiri. Pun dengan kebahagiaan. Allah memberiku keberkahan dan hikmah. Kebahagiaan tergantung pada diriku sendiri. Dan sesungguhnya kesedihan dan penderitaan yang Allah berikan untukku, menjauhkan aku dari jerat duniawi dan mendekatkanmu padaku pada-Nya…

Tak terasa… sudah bertahun-tahun lamanya aku menimba ilmu di tempat ini… Allah tidak akan mengingkari janjiNya. Aku tahu bahwa setelah kesulitan ada kemudahan. Setiap yang lapar pasti akan kenyang, setiap yang terpenjara pasti akan terbebas. Dan waktu yang kutunggu-tunggu sebentar lagi, insyaAllah, 9 bulan lagi, aku akan terbebas…

Inilah pengalaman hidupku.. Insya Allah aku akan bermetamorfosis dari wanita yang manja dan pernah tidak berhati-hati dalam bertindak menjadi wanita shalihah... Insya Allah…

Ya Rabbi berilah petunjuk pada kami. Istiqomahkanlah kami jalanMu hingga akhir!!! Amin ya Rabbal’alamin…
~✿ Mengubah Prahara Menjadi Pahala ✿~