Apa Itu FOMO? Dampak Fear of Missing Out (FOMO), dan Cara Mengatasinya
Apakah
kamu tidak asing dengan kata FOMO? Singkatnya, FOMO atau Fear Of
Missing Out adalah rasa takut merasa “tertinggal” karena tidak mengikuti
aktivitas tertentu. Sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam
diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan
hal lainnya. Rasa takut ketinggalan ini mengacu pada perasaan atau
persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih
baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik.
Salah
satu penyebab FOMO yaitu penggunaan media sosial. Berkembangnya teknologi saat
ini menjadikan kita dapat dengan mudah menerima jutaan informasi di luar sana,
contohnya melalui Instagram. Aplikasi yang sedang digemari dan
memiliki banyak pengguna di seluruh dunia ini mempunyai fitur-fitur
yang mendukung untuk update video/foto, seperti
fitur instastory yang penuh dengan
postingan rutinitas para pengguna. Dari sinilah, kita
sebagai viewer, dapat memicu munculnya perasaan cemas lalu
membandingkan kehidupan kita dengan orang lain yang terlihat lebih menyenangkan
atau bahagia.
Seperti
yang dilansir VeryWellMind, perasaan FOMO ini dapat terjadi pada semua gender
dan umur. Seseorang yang mengalami FOMO memiliki tingkat kepuasan hidup yang
lebih rendah karena terus membandingkan hidupnya dengan orang
lain. Kemudian timbul pertanyaan apakah kita termasuk yang mengalami
perasaan FOMO? Kenali gejala-gejala berikut yang mungkin muncul.
1. Selalu
mengecek gadget. Kebiasaan memegang gadget seakan sudah tidak
bisa dihilangkan. Seseorang yang mengalami FOMO akan selalu mengecek
ponsel tepat ketika bangun tidur bahkan sebelum tidur seakan tidak mau
ketinggalan berita apapun.
2. Lebih peduli dengan media sosial
daripada kehidupan nyata akibatnya muncul keinginan untuk diakui orang lain di
dunia maya.
3. Selalu ingin tahu kehidupan orang
lain.
4. Selalu ingin tahu gosip terbaru.
5. Mengeluarkan uang melebihi
kemampuan dan membeli hal yang sebenarnya tidak penting dengan dalih agar tidak
ketinggalan zaman.
6. Mengatakan “ya” bahkan disaat
sedang tidak ingin. Hal ini sering terjadi
ketika seseorang tidak ingin ketinggalan apapun sehingga
selalu menerima setiap ajakan yang sebenarnya tidak menarik atau
tidak perlu.
Dilansir
dari Psychology Today, FOMO menghasilkan dampak yang negatif. Penelitian yang
dilakukan di Carlton and McGill University menunjukkan bahwa FOMO lekat dengan
emosi negatif dan stres. Bahkan, para peneliti meyakini bahwa orang-orang yang
memiliki FOMO sering kali kurang tidur dan mudah lelah.
Selain
itu, artikel lainnya yang dipublikasikan di Computers and Human Behavior
menemukan bahwa orang yang merasakan FOMO memiliki tingkat kepuasan yang rendah
terhadap hidupnya. Hal ini juga berkaitan dengan penggunaan smartphone dan
media sosial. Semakin tinggi penggunaan media sosial dan telepon pintar, maka
kepuasan seseorang akan hidupnya semakin rendah.
FOMO
juga berpotensi menimbulkan berbagai perilaku yang tidak sehat. Contohnya,
seperti tidak fokus ketika menyetir, dan lain sebagainya. Jika terjadi, maka in
akan berbahaya untuk nyawa seseorang. Kamu perlu tahu bahwa dampak FOMO itu
tidak hanya bisa menyerang anak muda saja, namun juga semua kalangan usia.
Perasaan
FOMO yang dibiarkan dapat memicu munculnya hal negatif seperti kelelahan,
stress, depresi, bahkan masalah tidur. Perasaan ini mempengaruhi ketidakpuasan
seseorang pada hidup mereka dan merasa apa yang telah dilakukan atau
dimiliki seakan tidak pernah cukup. Selain itu dapat memicu munculnya masalah
finansial seperti yang disebutkan pada gejala di atas, seseorang rela
mengeluarkan biaya yang besar demi tetap up-to-date dan tidak ketinggalan
zaman. Meskipun begitu, perasaan FOMO ini dapat dikurangi dengan beberapa
tips sebagai berikut.
Fokus pada diri sendiri
Setiap orang tidak mungkin untuk terus
mengikuti perkembangan setiap saat. Begitu pula dengan bahagia, seseorang tidak
mungkin dalam keadaan bahagia setiap saat karena hidup itu berputar. Kita
tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain karena setiap orang tidak
sama dalam menjalani kehidupannya.
Membatasi penggunaan media sosial dan
gadget
Seperti yang telah dijelaskan di atas,
bahwa salah satu penyebab FOMO dipicu oleh postingan dan update orang lain di
media sosial. Karena itu, dengan membatasi diri dalam penggunaan media sosial
dapat mengurangi FOMO.
Mencari koneksi nyata
Kita adalah makhluk sosial yang sejatinya
membutuhkan orang lain. Oleh karena itu, penting untuk menjalin hubungan sosial
dengan orang lain alih-alih hanya melakukannya lewat media sosial. Perasaan
FOMO akan perlahan hilang dengan sendirinya ketika kita mengutamakan koneksi
nyata.
Hargai diri sendiri
Menyadari bahwa banyak hal-hal baik yang
dimiliki atau dilakukan dan selalu bersyukur atasnya, dapat mengurangi rasa iri
dan rasa kekurangan pada diri. Cobalah fokus pada apa yang sedang dikerjakan
saat ini alih-alih mencari pembuktian dari orang lain.
Jadi, jangan menyia-nyiakan hidup dengan
merasa tidak pernah cukup. Nikmatilah momen-momen yang menunggu di depan nanti
dan berhenti membandingkan hidup kita dengan orang lain karena semua punya
jalannya masing-masing.